Jakarta (Citra Indonesia): Aneh. Pemerintah masih saja mengklaim inflasi Januari 2011 sebesar 0,89 persen itu wajar. Karena faktor sumber daya pangan (pertanian) yang hingga belum memasuki masa panen raya.
“Inflasi Januari memang biasanya tinggi. Sebenernya 0,89 persen,” kata Kepala Badan Keuangan Fiskal (BKF), Bambang Brodjonegoro saat ditemui di Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (2/2/2011).
Menurutnya, inflasi Januari memang biasanya tinggi dibanding Februari, Maret dan April, karena faktor panen kan.
Kendarti demikian, menurutnya, inflasi relatif tinggi di awal tahun belum bisa menjadi patokan untuk inflasi tahunan. Karena, pemerintah masih melihat dan melakukan langkah-langkah untuk menjinakkan inflasi, guna menjaga target inflasi (APBN 2011, inflasi 5,3 persen).
“Kita lihat bagaimana Februari, kan harapan turun lebih banyak,” jelasnya.
Sebelumnya,dengan inflasi di awal tahun telah mencatat angka tinggi 0,89 persen, pengamat ekonomi, Tony A Prasetyantono menilai target inflasi dari 5,3 persen (APBN 2011) sulit dicapai.
“Target inflasi 2011, saya pikir sekitar 6 persen. Angka 5,3 persen sangat sulit dicapai,†ugkapnya kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (1/2/2011).
Sebagaimana diketahui, kemarin, kenaikan harga pangan, khususnya kenaikan harga beras dan cabai rawit menjadi pemicu terbesar inflasi buka tahun 2011 menempati angka 0,89 persen.
Kepala BPS Rusman Heriawan dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (1/2/2011) menyebutkan beras dan cabai rawit menyumbang inflasi sebesar 0,11 persen.
“Kontribusi terbesar adalah kenaikan beras, sumbangan berasnya 0,11 persen, cabai rawit juga 0,11 persen,” ungkap Rusman. (friz)