JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM-Â Direktur Eksekutif Aptindo, Ratna Sari Loppies menyesalkan lambannya pemerintah menerbitkan Permenkeu Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terigu impor dari Turki.
Lambannya pemerintah mengeluarkan Permenkeu terhadap pengenaan BMAD terigu Turki itu, menurut pengusaha, adalah sebagai bukti bahwa pemerintah tidak komit membela kepentingan industri di dalam negeri.
Di mana hingga kini pratik dumping terigu Turki di Indonesia sebagaimana investigasi Komisi Anti Dumping Indonesia (KADI) yang tertuang pada rekomendasi Menteri Perdagangan kepada Menteri Keuangan dengan nomer surat No.2017/M.DAG/12/2099 tertanggal 31 Desember 2009, agar mengenakan BMAD terhadap impor tepung gandum/terigu dengan HS 1101.00.10.00, tidak dilakukan.
“Entah apa sebabanya sampai saat ini Perratutan Menteri Keuangan (PMK) yang mengatur BMAD terigu impor dari Turki itu belum juga terbit,” kata Direktur Eksekutif Aptindo, Ratna Sari Loppies, kepada wartawan, di Jakarta, Senin (4/4/2011).
Menurut Ratna, sebagai bahan pertimbangan, menurutnya, potensi kerugian pemasukan negara sebesar Rp228 miliar akibat keterlambatan pengenaan BMAD terhadap terigu Turki tersebut.
“Coba anda banyangkan BM terigu ke Turki dari negara manapun 82%, sedangkan terigu Turki ke Indonesia hanya 5 persen” jelasnya.
Di satu sisi, tambahnya Ratna, pemerintah Turki gencar mengenakan BMADS maupun BMAD untuk menyetop masuknya impor barang ke negaranya.
Dilain sisi , Indonesia selama 15 bulan dalam pembahasan BMAD terigu (terutama) barangnya tetap masuk.
Untuk itu pihaknya menyarankan kepada pemerintah untuk mengenakan BMAD terhadap produsen terigu asal Turki diantaranya Bafra Eris un Yem Gida San Ve. Tic. A.S sebesar 21,99%, Erister Gida Sanayi Ve Ticaret AS sebesar 19,67%, Marmara Un Sanayi AS sebesar 18,69%, Ulas Gida Un Textil Nakliye Ticaret sebesar 20,88%, Ulusoy Un Sanayi Ve Ticaret sebesar 20,28% dan Exportir/Producen lainnya sebesar 21,99%.
“Akibat tertundanya kebijakan ini telah menyebabkan industri terigu nasional khususnya yang skala kecil semakin terpuruk. Berakibat menurunya produksi dan pengurangan tenaga kerja. Jangka panjang, kami khawatir akan tertutup,” tegasnya.(iskandar)