JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Pemerintah menyarankan agar pengusaha meningkatkan investasi menyusul penguatan nilai tukar rupiah dengan dolar AS. Bahkan juga tepat untuk bayar utang.
‘Jadi ada plus minusnya. Penguatan rupiah pada perdagangan sebenarnya memiliki 2 sisi. Tentu sisi pertama ekspor. Dalam konteks komoditi ekspor kita menjadi lebih mahal. Barang impor yang diimpor tadi itu dengan penguatan rupiah tentu menjadi lebih murah’, kata Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar, Selasa (19/10/2010) di kantornya, Jakarta.
Penguatan rupiah terhadap dollar AS, menurutnya, kesempatan bagi para pengusaha untuk meningkatkan daya saingnya baik di pasar dalam negeri maupun juga ekspor.
‘Mereka bisa memanfaatkan periode itu meningkatkan investasi atau meningkatkan stok’, terangnya.
‘Yang harus terus kita awasi terus adalah jangan sampai pergolakannya itu sedemikian rupa cepatnya, sehingga menimbulkan ketidakpastian. Selama ini berada pada batas-batas yang kita tolerir sebagai yang terjadi akibat perkembangan pasar. Tentu mereka dapat mengantisipasinya dengan seperti tadi itu’, paparnya.
Kesempatan seperti ini lanjutnya, tepat untuk membeli mesin, atau mengimpor bahan baku. Bahkan juga sebagai kesempatan para importir dan eksportir di dalam negeri menulasi utang.
‘Nilai rupiah yang menguat berarti dengan rupiah yang sama dia (pengusaha) bisa membayar utangnya dengan dolar yang lebih banyak untuk melunasi utang-utang luar negerinya’.
‘Jadi ada aspek cancelling out, ini yang mesti dilihat. Jangan sampai terjadi gejolak yang berlebihan dalam jangka yang pendek, yang menimbulkan ketidak pastiaan. Kalau tolerir atau tidak, kita melihat dari aspek nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maupun dengan mata uang lain. Sebab yang kita soroti dolar, padahal dolar sendiri kepada mata uang lain, terutama di Asia sendiri merosot. Jadi kita dengan sesama mata uang Asia mungkin tidak terlalu terapresiasi sama sekali. Kisarannya, ya tidak jauh dari APBN-lah’, ujarnya. (olo)