Pakar kedokteran di Provinsi Yunnan, Tiongkok selatan kini dapat menguasai teknologi yang matang setelah mengadakan pembuktian melalui uji klinik selama belasan tahun.
Ahli Tiongkok menggunakan bisa ular untuk mengobati stroke sehingga telah membawa berita gembira bagi para penderita setempat dan daerah sekitarnya termasuk negara-negara ASEAN.
Selama beberapa tahun, para pakar telah berhasil menyelamatkan banyak penderita stroke, sehingga mereka pulih normal kondisinya, bersamaan juga selalu aktif memprakarsai konsep kesehatan mengenai pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.
Karena tingkat kejangkitan stroke sangat tinggi, maka, angka kematian yang tinggi telah memungkinkan stroke menjadi salah satu penyakit yang paling berbahaya di dunia.
Pakar Liu Shixiang dalam penjelasannya mengatakan, bisa ular mengobati stroke sebenarnya adalah ‘dengan racun melawan racun’. Dikatakannya.
” Dua pertiga ke atas penderita stroke tergolong stroke trombotik, yaitu proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan dan mencegahnya berarti mencegah stroke. Sejenis defibrase yang diekstrak dari bisa ular dapat merusak jaringan fibrin yang terbentuk, memungkinkan molekul besar menjadi kecil sehingga tidak dapat membentuk trombus dan hasil pengobatannya sangat baik.”
Liu Shixiang menunjukkan, para penderita tekanan darah tinggi, lemak darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, penyakit hemopatik, penyakit ruas tulang leher dan penyakit kronis lainnya tergolong kelompok rentan stroke.
Pengobatan klinik selama belasan tahun telah membuktikan bisa ular dapat mencegah dan mengobati stroke. Dikatakannya, ” Kami pernah mengadakan pengobatan terhadap 3582 orang dari kelompok yang rentan stroke. Tahun pertama dapat menjamin 80 persen ke atas tidak kena stroke, tahun kedua berhasil mencapai 60 persen dan tahun ketiga mencapai 50 persen, hasilnya sangat baik. Sedangkan kelompok yang tidak pernah diberi pengobatan dengan bisa ular, tingkat kejangkitannya mencapai 30 hingga 40 persen.”
Meskipun terapi pengobatan stroke dengan bisa ular membawa berita baik bagi kelompok yang rentan stroke, tapi pakar juga meresahkan keadaannya. Karena selama belakangan ini, pola kehidupan yang tidak sehat di kalangan anak muda dan orang dewasa, telah memungkinkan stroke menyerang generasi muda yang masih produktif.
Liu Shixiang mengatakan, ” Penyakit stroke merupakan suatu masalah sosial yang sangat serius, dan dulu hanya menyerang kaum usia lanjut, tapi sekarang cenderung mengancam usia produktif. Pada 10 tahun yang lalu, belum ditemukan orang berusia sekitar 40 tahun kena stroke, tapi gejala itu sekarang berlainan.”
Penyebab sangat banyaknya generasi muda yang masih produktif kena stroke, selain gejala tekanan darah tinggi dan kencing manis, ditambah banyak unsur terpadu termasuk tekanan kehidupan dan pekerjaan terlalu besar, kerap menjamu dan dijamu, pola makan yang banyak lemak atau kolesterol, perokok berat, mabuk-mabukan minum arak dan lainnya.
Menghadapi bahaya kena stroke, kuncinya ialah mengadakan pencegahan. Memelihara struktur makan dan minum yang rasional, kebiasaan yang baik kerja dan istirahat, kondisi psikologis yang sehat, mengadakan latihan jasmani dengan layak, rutinitas mengadakan pemeriksaan kesehatan, semuanya itu merupakan cara yang paling baik dalam mencegah stroke.
Akan tetapi, pakar dengan terus terang mengatakan, menghadapi tekanan keluarga dan pekerjaan, bagi mayoritas mutlak anak muda dan setengah baya hal itu sulit dihindarkan.
Maka, bersamaan dengan sedapat mungkin mengadakan pencegahan sendiri, masih perlu memilih obat yang memadai.
Liu Shixiang mengatakan, di Tiongkok saja, setiap tahun bertambah paling sedikit dua juta kasus kejangkitan stroke, di antaranya seperlima meninggal, dan sekitar tiga perempat sequela.
Mengingat komplikasi stroke yang dapat menyebabkan cacat dan kematian cukup tinggi, pencegahan dini stroke lebih baik daripada pengobatan. Sekarang di dunia cenderung pada satu pandangan, pencegahan stroke lebih baik daripada pengobatan.
Karena memperbaiki sejumlah unsur berbahaya sebelum kena stroke semuanya dapat dilakukan melalui pencegahan, tapi untuk menyembuhkan sama sekali kecacatan pasca stroke kini masih belum ada terapi yang manjur di dunia. (cri/ist)