JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Usaha Mikro Kecil Menengah, diklaim sebagai dewa penyelamat ketika negara ini dihantam krisis, tahun 1998 yang lalu misalnya.
Sayang, sekalipun berjasa besar, pemerintah belum mengelolanya secara profesional sehingga usaha rakyat ini maju dan makmur.
“Yang menyelamatkan negeri ini dari kebangkrutan adalah UMKM. Bukan koperasi,” tegas Santen Purba, Kepala Bagian Bisnis Program UKM Bank BRI, dalam acara Forum Bisnis Kemitraan UMKM dengan Bank BRI, Sucopindo serta Importir asal Dubai dan Kanada, di Jakarta, Rabu (8/12/2010).
Menurut Santer Purba, UMKM memiliki peranan penting dalam memberdayakan perekonomian rakyat, sekalipun modalnya kecil tetapi padat karya.
Di mana sektor UMKM selama ini mampu berkontribusi terhadap PDB sebesar Rp2.121,3 triliun atau 53,6% dari total PDB Indonesia serta menyerap tenaga kerja sebanyak 91,8 juta pekerja atau 93% dari seluruh tenaga kerja Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dn Kementerian Koperasi dan UMKM menyebutkan bahwa jumlah UMKM saat ini sebanyak 49,8% dari jumlah pelaku usaha.
Usaha besar 4,52 ribu atau 0,01%, usaha menengah 120,25 ribu atau 0,24%, usaha kecil 2,02 juta atau 4,05% dan usaha mikro sebanyak 47,70 atau 95, 70%.
Kendati kinerjanya sangat bagus bagi PDB, namun nasib UMKM tampaknya belum berubah secara signifikan. Terbukti UMKM ini masih terus menjerit.
“Salah satu masalah yang dihadapi UMK adalam bidang pembiyaan. Hal ini disebabkan rendahnya kredibelitas dari sudut analisis perbankan, banyak UMK yang feasible tetapi tidak bankable,”.
Hal tersebut kata dia, karena UMK tidak mendapatkan informasi yang baik dalam hal layanan perbankan untuk dimampaatkan. Selain itu ada keterbatasan jangkauan pelayanan dari lembaga perbankan.
“Diharapkan UKM dan UMKM yang memiliki syarat lengkap dapat memperoleh KUR. Plafon Rp20 juta dengan bunga maksimum 22%. Untuk Ritel, plafonnya Rp200- 500 juta dengan bunga 14%,” ujarnya.
Bank pelaksana KUR adalah Bank Mandiri, BTN, BNI, Bank Bukopin, Bank Syariah Mandiri dan 13 BPD terpilih.
Usaha Baru:
Sementara itu pihak PT Sucopindo (Persero) lebih berminat membina usaha baru (berusia 1 tahun).
“Kami lebih senang membina perusahaan yang baru berdiri 1 tahun. Seperti usaha tani plasma umpamanya. Usaha plasma yang kami bina sekarang sudah berkembang dan hasil produksinya ditampung PT Indo Food,” kata Johan Maturini dari Sucopindo.
Johan juga mengatakan pihaknya membuka diri untuk membantu kalangan pengusaha kecil mendapatkan sertifikat ISO 9000.
“Kami selalu terbuka. Silahkan diajukan kalau ada yang berminat mendapatkan sertifikat ISO 9000, kami bantu urus,” ujarnya. (olo)