JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani, mempersoalkan rencana Menteri Kesehatan memperketat impor produk makanan- minuman (mamin) Jepang.
“Tentu harus ada data otentik dulu. Mana yang tercemar, dan mana yang tidak tercemar. Tidak bisa dipukul rata,” tegas Franky Sibarani, kepada Citra Indonesia.com, Minggu (20/3/2011).
Sebelumnya, di Tabanan Bali, Menkes mengatakan Endang Rahayu Sedyaningsih, mengatakan pihaknya akan membatasi impor produk Mamin dari Jepang terkait dugaan terkontaminasi radiasi nuklir Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, Jepang, 11 Maret lalu.
Franky yang juga Wakil Ketua Umum Asoiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menambahkan, Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih tidak boleh menggeneralisir bahwa semua produk Mamin asal negara Sakura itu terkontaminasi radiasi nuklir.
“Belum tentu. Jepang itu luas. Pabriknya tersebar di seantero Jepang. Jadi Menkes harus mendata dulu dengan baik. Kalau memang terbukti suatu produk terkontaminasi, baru dilarang impor. Supaya masyarakat tahu, dan tidak mengkonsumsinya. Jadi sekali lagi jangan dipukul rata semua,” pungkasnya.
Menkes sebelumnya mengatakan pengetatan impor itu hanya untuk memastikan bahwa produk Mamin yang akan diimpor ke Indonesia harus bebas dari kontaminasi radiasi nuklir.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga sekarang sudah memprioritaskan pengawasan produk Mamin dari Jepang seperti makanan kering yang diprioritaskan.
Kepala BPOM Kustantinah mengatakan akan memberlakukan sertifikat bebas radiasi sampai waktu yang belum ditentukan. “Kita meminta sertifikasi bebas radiasi untuk susu, daging, dan produk olahannya yang diimpor dari Eropa Timur, menyusul meledaknya reaktor nuklir di Chernobyl, Ukraina, pada 1986,” katanya.
Pengetatan impor juga dilakukan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad. Di mana, Badan Karantina Kementerian Pertanian akan menguji ketat produk makanan segar impor dari Jepang. Sebab tindakan serupa sudah dilakukan negara lain, seperti Taiwan, Singapura, dan Thailand.
Sebelumnya dari Tokyo, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yukio Edano mengungkapkan, produk pertanian–sayuran dan susu–di daerah Ibaraki, Jepang bagian utara, terdeteksi terkontaminasi radiasi melebihi batas aman. (friz/olo)