Jakarta (Citra Indonesia): Pemerintah menyambut baik rencana investasi Indorama Group sebesar 5,2 miliar dolar AS. Investasi ini tidak hanya di bidang tekstil melainkan juga di bidang migas dan resin.
Demikian dikatakan Menko Perekonomian Hatta Rajasa ketika ditemui wartawan usai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima Chairman Indorama Group S.P. Lohia di Kantor Presiden, Senin (23/3/2011) siang.
Dari total Invesasi ini, menurut Hatta, sejumlah 2 miliar dolar AS akan diinvestasikan di bidang minyak dan gas. Semenatara 300 juta dolar untuk pengembangan polyester di Purwakarta, Jawa Barat, dan sisanya termasuk untuk gasifikasi batubara.
“Mereka menginginkan batubara yang kalorinya sangat rendah, yaitu 4 ribu kilo kalori, itu diubah menjadi metanol, dimana 3 juta ton batubara bisa diubah menjadi 1 juta ton metanol,” kata Hatta.
Terkait dengan batubara ini, Indorama yang pemiliknya adalah seorang warga negara Indonesia dan sekarang berganti nama menjadi Indorama Venture Group, mengajukan proposal untuk pemanfaatan lapangan dan sumur-sumur tua untuk bisa ditingkatkan produksinya.
“Hasil seluruhnya akan menjadi milik negara, sedangkan mereka hanya dibayar berdasarkan pekerjaan saja. Ini konsep yang mereka pikirkan ke depan,” Hatta menjelaskan.
Batubara ini, lanjut Hatta, nantinya tidak akan dijual melainkan akan dipergunakan sebagai fit stock. “Batubara diolah, digasifikasi sebagai fit stock untuk polyester, resin, dan sebagainya,” Hatta menambahkan.
Sementara untuk peluang penyerapan tenaga kerja, Hatta menjelaskan bahwa saat ini saja Indorama sudah mempekerjakan sekitar 70 ribu orang.
Dengan investasi baru nanti, jumlah tenaga kerja akan bisa ditingkatkan puluhan ribu orang lagi. Untuk tax allowance holiday terhadap investor, Hatta mengatakan masih dipelajari dan akan segera diputuskan.
Untuk wilayah yang akan dijadikan gasifikasi, pemerintah mengarahkan Indorama untuk mengelola cadangan batubara di Sumatera Selatan karena merupakan yang terbesar di Indonesia. “Hampir 50 persen cadangan batubara Indonesia ada di sana, yang paling potensial,” ujar Hatta.
Menurut Hatta, karena low range batubara yang ada hanya 3 ribu dan tidak mungkin bisa diekspor, maka kalau ada yang ingin memanfaatkannya sebagai fit stock maka akan disambut baik. “Itu artinya mamanfaatkan sumber kekayaan alam kita yang bisa digunakan nilai tambahnya,” Hatta menandaskan. (pri)