JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Kementerian Perdagangan RI memfasilitasi dan membiayai pelaku usaha UKM dan Dagang Kecil Menengah (DKM) agar branding produknya dipatenkan di Ditjen HaKI Kementerian Hukum dan HAM.
“Kita fasilitasi agar produk UKM dapat HaKI, supaya tidak dibajak orang tidak bertanggung jawab. Dananya tersedia. Silahkan bapak- ibu ajukan ke staf saya. Kami pasti bantu,†pungkas Suhanto, Direktur Dagang Kecil Menengah Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag, pada Work Shop and Talkshow Branding, Pembangunan Merek produk UKM Kreatif, di Jakarta, Rabu (27/10/2010).
Work shop, diikuti sejumlah pengusaha UKM dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan acara itu diramaikan oleh pakar branding Handito Joewono dan Daniel Surya.
Menurut Suhanto, national branding atau branding nasional adalah program pemerintah. Program ini diluncurkan pemerintah dalam rangka memperkuat image brand produk industri nasional baik UKM maupun produk industri besar secara nasional maupun internasional.
“Tujuan pemerintah dalam kampanye nasional branding sangat bagus. Yaitu untuk mendorong daya saing produk dalam negeri termasuk UKM. Supaya UKM yang lemah jadi kuat, dan yang kuat menjadi semakin kuat,â€.
“ Ke dapan, saya berharap produk UKM jangan hanya bisa bersaing skala daerah, tetapi harus mampu bersaing di tingkat nasional, dan internasional. Makanya kita fasilitasi, termasuk pendekatan ke dunia perbankan. Pada TEI 2010, kemaren, Pak Wamendag sudah instruksikan agar menindaklanjuti pendekatan ke perbankan,†papar Suhanto menanggapi keluhan- keluhan pelaku usaha UKM Gendhi (Yogyakarta) Endro Pranowo, pengusaha Ulos, Tas dan lain sebagainya.
Para pelaku usaha UKM itu memang meminta supaya nasib usaha mereka diperhatikan dan diikutsertakan dalam pameran- pameran di masa mendatang. Karena bagi mereka, pameran sangat penting untuk akses pasarnya. “Ini masukan bagus. Yang jelas kita akan fasilitasi,†imbuh Suhanto.
Sementara itu Naomi Desain mengaku Ulos Batak tak kalah semangat. Ulos Batak katanya tidak hanya dipakai untuk acara adat saja. “Selama ini kesannya memang hanya dipakai pada acara adat saja. Tetapi kami mencoba merubah image dan sudah mendesain berbagai produk berbahan Ulos Batak, seperti taplak meja, tempat tissue dan sebagainya. Memang pemasarannya masih sulit. Makanya kami minta bimbingan Kemendag,†kata Naomi.
Endro Pranowo, produsen tas berbahanbaku alami, merek Gendhi (Yogyakarta) juga meminta agar diikutkan dalam event- event Kemendag untuk memperluas pasarnya. Terlebih produknya sudah diminati Malaysia.
“Branding kita sudah dibawa ke Malaysia. Per tiga bulan Malaysia membeli Rp25-100 juta. Tapi ini berlanjut selama setahun. Nah Spanyol dan Jepang juga sudah berminat. Alhamdulillah,†kata Endro Pranowo.
Sedangkan pakar branding Handito Joewono, mengatakan kita pasti bisa kalau semua pihak sama- sama mendukung program penguatan UKM di masa mendatang.
“UKM ini salah satu basis kekuatan ekonomi kita sejak dulu. Tahan krisis. Dan saya optimis, produk UKM kita bisa maju nanti apalagi kalau kita mau saling membantu,†katanya seraya mengatakan agar pelaku usaha hati- hati dalam merubah wajah brandingnya. Karena bisa- bisa bikin melorot.
Sedangkan Daniel Surya mengatakan branding sangat menentukan nilai sebuah produk. Sebab branding menurutnya adalah identitas.
“Branding penting sekali, maknanya luas sekali. Anda coba bayangkan. Di Mangga dua, harga kaos oblong warna putih polos hanya Rp40.000. Tetapi kalau disablon branding Nike, harganya jadi Rp150.000. Karena brand Nike itu mendunia, milik AS,†jelasnya. (olo)