JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Organisasi negara-negara Uni Afrika (UA) akan menggelar konferensi tingkat tinggi (KTT) tentang kekeringan yang sudah lama tak juga diselenggarakan, di ibukota Ethiopia, Addis Ababa.
KTT antara lain akan membahas berapa besar dana yang dibutuhkan untuk mengatasi problem kekeringan akut yang melanda wilayah tanduk benua hitam tersebut.
Sejauh ini UA telah menjanjikan kucuran dana sebesar US$500 juta (atau setara dengan Rp4,2 triliun), namun menurut PBB setidaknya dibutuhkan lagi US$2 miliar (Rp17 triliun) untuk benar-benar membantu para korban kekeringan.
Sedikitnya 12 juta jiwa di Somalia dan beberapa negara tetangga kini butuh bantuan darurat, seru PBB. Puluhan ribu dari mereka diyakini sudah tewas sejak krisis air ini mulai.
Kritik terhadap respon:
Kepala Komisi Uni Afrika Jean Ping mendesak agar negara-negara Afrika “segera bertindak memerangi kelaparan dengan menyediakan dana tunai dan bantuan moril untuk penyelamatan darurat kepada sesama saudara di Tanduk Afrika”.
Pemerintah AS, Inggris, Cina, Jepang, Brazil dan Turki sudah menjanjikan sejumlah dana untuk wilayah ini, begitu pula Organisation Konferensi Islam (OKI), namun seluruh bantuan tersebut sangat jauh dari mencukupi.
Media setempat menyebut sejumlah pemerintah negara Afrika dihujani kritik karena dianggap lalai merespon situasi, sementara menurut Lembaga bantuan Oxfam, baru segelintir negara Afrika yang benar-benar memberikan sumbangan dana sampai saat ini.
Krisis makanan kali ini disebut-sebut sebagai yang paling parah melanda wilayah ini, sejak bencana kelaparan di Somalia antara tahun 1991-1992. (bbc/ling)