JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Pakta Pertahanan Atlantik Utara, Nato menyetujui untuk mengambil alih komando operasi militer di Libia guna memaksa kawasan larangan terbang bagi pasukan Gaddafi. Banyak sudah korban dalam serangan ini.
Tetapi Sekretaris Jenderal Anders Fogh Rasmussen menyatakan kalau aspek lain terkait operasi ini tetap berada di tangan koalisi. Sebelumnya Nato mengalami perpecahan terkait pengambilan keputusan tersebut.
Perbedaan yang paling mencolok adalah kemungkinan menggunakan serangan tentara darat sebagai bagian dalam aksi koalisi yang sudah berlangsung selama enam malam.
Bagaimanapun Rasmussen menegaskan kalau tidak ada perpecahaan dalam pengambilan keputusan ini, dengan mengatakan Nato masih mempertimbangkan untuk mengambil tanggung jawabyang lebih luas.
Pengalihan misi kawasan larangan terbang ini paling cepat akan dilakukan akhir pekan ini.
Rasmussen mengatakan semua anggota Nato menyetujui kebijakan ini, termasuk Turki yang sebelumnya menunjukan keraguan karena menyerang sesama negara Muslim.
Turki beralasan aksi ini harus mengutamakan pemaksaan kawasan larangan terbang dan embargo senjata ketimbang menyerang pasukan darat Libia.
“Faktanya adalah di Nato, kami mengambil semua keputusan dengan konsensus dan keputusan yang kami capai hari ini untuk memaksa sebuah kawasan larangan terbang yang didukung oleh semua 28 anggota,” kata Rasmussen.
‘Hentikan perlawanan’
BodiesKorban sipil masih berjatuhan di hari ke enam agresi koalisi
Sebelumnya, Prancis mengkonfirmasikan kalau mereka berhasil menjatuhkan sebuah pesawat militer Libia yang terbang melanggar kawasan larangan terbang.
Di AS, Pentagon menyebutkan kalau ada 350 pesawat terlibat dalam operasi ini, dan setengahnya berasal dari Amerika. Sementara di laut ada 38 kapal perang yang ikut serta, 12 diantaranya dari Amerika.
Sementara itu di Libia, serangan masih berlanjut Kamis malam. Televisi negara Libia melaporkan kalau sejumlah target di Tripoli dan Tajoura.
Pertempuran baru sementara itu berlangsung di Misrata. Seorang dokter dikutip kantor berita AFP mengatakan pasukan Gaddafi menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai 1.300 lainnya dalam sepekan terakhir.
Di Benghazi, juru bicara pemberontak Mustafa Gheriani mengatakan kepada BBC kalu 17.000 pejuangnya telah begeser ke kawasan barat untuk begabung dalam pertempuran.
Meski dia mengakui kalau pasukan pemberontak dalam kondisi ”belajar”, tetapi mereka meyakini kalau mampu menggunakan senjata mereka.
“Kami akan terus berkembang,” katanya. ”Pasukan Gaddafi tidak memiliki alasan untuk bertarung, karena kami akan melakukannya”.
“Kami telah menumpahkan banyak darah dan bersedia untuk berkorban lagi jika kami mau.”
Jaksa Mahkamah Kriminal Internasional, Luis Moreno-Ocampo, mengatakan dia ”100% yakin” kalau tuntutan atas pelanggaran hak asasi manusia akan diajukan kepada rezim Gaddafi.
Sebuah penyelidikan akan berakhir Mei, dan kasus kedua mungkin akan menyusul karena masih ada serangan terhadap warga sipil. (BBC)