JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Pasca gempa dan tsunami, Kementerian Tenaga kerja dan Transmigrasi melakukan langkah tanggap darurat, yakni memantau keberadaan dan kondisi peserta magang dan TKI di Jepang.
Bagi yang membutuhkan informasi mengenai perkembangan terbaru mengenai peserta magang pasca gempa dan tsunami di Jepang, Kemenakertrans membuka layanan informasi online melalui www.pemagangan.com serta membuka layanan crisis center yang bisa dihubungi masyarakat melalui No. Telephone 0815 744 7776, 0816 164 2613, 0815 187 3081 dan 0815 187 3081.
“Kami atas nama pemerintah menyampaikan keprihatinan atas terjadinya musibah gempa dan tsunami di Jepang,“ jelas Menakertans Muhaimin Iskandar dalam keterangan persnya.
Pemantauan peserta magang dan TKI di Jepang, Kemenakertrans berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri. Muhaimin Iskandar pun menginstruksikan Kepala BNP2TKI melakukan pemantauan terhadap keberadaan dan kondisi TKI yang berada di Jepang.
Berdasarkan laporan Kepala BNP2TKI kepada Menakertrans, saat ini di Jepang terdapat 31.517 orang WNI. Sebanyak 16.653 orang bekerja pada sector formal, yang sebagaian diantaranya bekerja di bidang industri 14.033 orang dan 1.013 orang care giver/perawat.
Program kerja magang di Jepang merupakan kerja sama Kemenakertrans dengan IMM (International Manpower Development of Medium and Small Enterprises) Jepang.
Menurut data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi ada sekitar 8.006 tenaga kerja magang Indonesia yang tengah berada di Jepang, Keberadaan mereka tersebar merata di berbagai kota di Jepang, di antaranya adalah Tokyo, Osaka, Sapporo, Nagano, Shinken, dll. Saat ini TKI magang kita bekerja di 62 sektor bisnis di Jepang, dengan masa kerja selama tiga tahun.
Kemenakertrans masih mendata lokasi-lokasi peserta magang yang terkena tsunami atau yang dekat dengan wilayah bencana.
Seluruh data peserta magang telah ada Kemenakertrans, sehingga dalam waktu sesegera mungkin keberadaan dan kondisi mereka akan dapat diketahui.
“Saat ini kita sedang berkoordinasi dengan IMM selaku penyelenggara di Jepang, untuk memantau keberadaan semua peserta magang yang tersebar di seluruh Jepang. Masyarakat pun bisa membantu berbagi informasi mengenai keberadaan sanak keluarganya di Jepang,“ kata Muhaimin. (iskandar)