JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan realisasi penerimaan migas tahun 2010, sebesar Rp219,2 triliun atau 102% dari target APBN-P 2010, yakni Rp215 triliun.
Kepala Biro Hukum dan Humasnya, Sutisna Prawira, di Jakarta, Jumat (31/12/2010) mengungkapkan pada tahun 2010, capaian untuk bidang Minyak dan Gas Bumi, khususnya realisasi penerimanaan Migas, terdiri dari PPh Migas Rp58,9 triliun (106 persen dari target APBN-P, yakni sebesar Rp55,38 triliun); PNBP SDA Migas sebesar Rp152,05 triliun (100,2 persen dari target APBN-P, Rp.151,78 triliun); dan PNBP lainnya Rp 8 triliun (101 persen dari target APBNP-2010 Rp7,9 triliun).
Menurutnya, pada 2010 diperkirakan realisasi konsumsi BBM bersubsidi mencapai sebesar 38,38 juta KL atau meningkat 105 persen dari target APBN-P, yakni 36,5 juta kilo liter (KL).
“Peningkatan realisasi konsumsi BBM bersubsidi disebabkan meningkatnya pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor. Penambahan volume sebesar 1,8 juta KL tidak melebihi alokasi subsidi Rp 88,89 triliun,†jelasnya, dikutip dari Siaran pers “Refleksi Kinerja Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral 2010â€.
Selanjutnya untuk kinerja Sektor ESDM, pada tahun 2010 telah dicapai Realisasi lifting minyak 954 ribu BOPD (99 persen dari target APBN-P, sebesar 965 ribu BOPD).
Lebih lanjut diterangkannya, realisasi produksi minyak 945 ribu BOPD (98 persen dari target APBN-P 965 ribu BOPD) disebabkan terjadinya unplanned shutdown, antara lain adanya kebocoran pipa gas untuk CPI, kebakaran anjungan Kodeco dan Kangean.
Permasalahan subsurface, kegagalan pengambilan minyak dari beberapa off-taker dan perpanjangan planned shutdown, juga menurutnya menjadi penyebab realisasi produksi minyak hanya mencapai 98 persen dari sasaran produksi 2010.
Selain itu, Kementerian ESDM telah melakukan penandatanganan atas 21 KKS migas dari 43 wilayah kerja (WK) migas yang ditawarkan, 4 KKS migas perpanjangan dan 3 KKS CBM, dengan total komitmen eksplorasi dan investasi sebesar US$ 265,34 juta dan signature bonus sebesar US$ 37,8 juta.
Keterbatasan partisipasi investor disebabkan kurangnya data (terutama WK offshore) dari wilayah kerja yang ditawarkan. (friz)