MEDAN, CITRAINDONESIA.COM- Pasar produk kerajinan memang bagus. Sayangnya pemerintah kurang giat membina. Jadinya pengrajin pun miskin modal.
Akibatnya UKM, IKM, UMKM sulit berkembang. Di Medan (Sumut) umpamanya, komunitas pengrajin ukiran kayu, nyaris punah. Kini hanya tinggal seorang yang eksis yakni Suharsono.
Usaha kerajinan miliknya dirintis Suharsono sejak tahun 1990 silam. Usaha tersebut dikelola di sebuah gubuk berukuran 3 kali 4 meter di kawasan Jalan Balai Desa Marindal Sumatera Utara.
Ia bekerja seorang diri, namun mampu memperoduksi sedikitnya 12 pasang ukiran tiap hari. Sekedar memenuhi pasaran.
Dengan mematok harga sepuluh hingga dua puluh ribu rupiah, Suharsono mampu memasarkan kerajinan ini hingga ke penjuru kota di Sumatera Utara, diantaranya Bukit Tinggi dan Prapat.
Sayangnya, selain kesulitan modal usaha, Suharsono ternyata kesulitan bahan baku. Ia memang menggunakan kayu jelutung. Bahan baku yang tergolong langka di wilayah Sumut.
“Bahan baku ini hanya bisa di dapatkan di Riau atau Jambi,” imbuhnya.
Dalam satu bulan, omset yang di peroleh sumarsono cukup menggiurkan hingga mencapai Rp7.000.000, namun ia hanya memperolah pendapatan bersih sebesar satu Rp1.000.000 akibat membengkaknya biaya produksi.
Suharsono pengrajin ukiran kayu mengatakan, waktu itu sempat memperolah pinjaman dari bank.
Namun saya enggan untuk menerimanya karna dinilai bunga yang ditawarkan cukup memberatkan sebesar 2,5%.
Kendati usaha ini cukup menarik namun sulitnya modal menjadi penghambat usaha ini hingga kini ia tidak pernah memperolah bantuan.
“Saya berharap pemerintah dapat membantu usaha ini, agar lebih berkembang,†katanya, hari ini, di Medan.
Pemerintah seharusnya memperhatikan pengusaha UKM agar berkembang dan mempunyai daya saing tinggi di pasaran nasional dan kelak di pasar internasional. (arifin)