MEKKAH, CITRAINDONESIA.COM-Â Ke depan, pemerintah cq Kementerian Agama harus lebih selektif menyeleksi calon jemaah haji Indonesia yang akan menunaikan rukun ke lima di Baitullah.
“Harus selektif dong. Mereka yang tidak sehat jangan diberangkatkan. Resikonya tinggi. Nah kalau tidak selektif, ya begini. Banyak meninggal dunia di perjalanan,†tegas H. Ansori pengamat masalah haji, kepada Citra Indonesia.com, di Jakarta, Jumat (22/10/2010).
Untuk menghindarkan kejadian serupa, Ansori meminta , agar Kemenag dan dokter pemeriksa kesehatan calon haji bekerja lebih profesional. Kesehatan adalah syarat mutlak bagi seorang calon jemaah haji. “Dokter dan Kemenag jangan main- main. Kesehatan itu syarat mutlak,†pungkasnya.
Berdasarkan catatan Antara, sekarang banyak pasien berisiko tinggi yang sedang melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi akhirnya meninggal dunia di jalan.
Atas kejadian tersebut, Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) meminta kepada dokter kelompok terbang dan petugas sektor untuk lebih ketat mengawasi jamaah berisiko tinggi.
Hal tersebut tertuang dalam surat yang dikeluarkan Kantor Misi Haji Indonesia di Jeddah yang diterima Media Center Haji (MCH) dari BPHI Mekkah, Jumat (22/10/2010).
Surat yang ditandatangani Wakil Kepala III Pelayanana Kesehatan PPIH Arab Saudi dr Chairul Radjab Nasution, meminta kepada seluruh petugas di kloter dan sektor memberikan pemahaman kepada jamaah risti untuk mengurangi kegiatan-kegiatan yang akan mempengaruhi kondisi kesehatannya.
Selain itu diharapkan kepada dokter sektor dan kloter melakukan pemeriksaan secara periodik setiap harinya untuk memantau kondisi kesehatan jamaah Risti sehingga bisa dipastikan kondisi kesehatannya. “Hindari kondisi terlambat dalam melakukan `follow up` kondisi kesehatan jamaah risiko tinggi,” papar dr Chairul.
Sampai saat ini sudah sembilan jamaah haji asal Indonesia yang meninggal di Madinah. Sebagian besar dari jamaah tersebut masuk dalam kategori berisiko tinggi dan meninggal ketika usai atau sedang melaksanakan ibadah di Masjid Nabawi. (linda)