MADINA, CITRAINDONESIA.COM- Secara empiris, sesuai perhitungan ahli ekonomi kesehatan, Indonesia mengalami potensial lost (kerugian) Rp3,3 triliun akibat endemis malaria.
“Kerugian tersebut berpengaruh terhadap pendapatan daerah. Malaria ancaman serius terhadap pembangunan bangsa dan negara,“ tegas Kepala Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Arifin Fauzi Lubis kepada Citra Inonesia.com, Rabu (08/12/2010) di ruang kerjanya.
Menurutnya, Indonesia merupakan salah satu negara beresiko terhadap penyakit malaria. Sekitar 45 % dari jumlah penduduk Indonesia tertular malaria dan tersebar di sejumlah kabupaten/kota Indonesia.
“Sekitar 45 % dari jumlah penduduk Indonesia tertular malaria dan tersebar di sejumlah kabupaten/kota Indonesia,†Menurut Arifin, pada tahun 2006 terdapat sekitar 2 juta kasus malaria yang klinis. Tahun 2007 turun menjadi 1.774.845 kasus malaria secara empiris jumlah kasus ini hanya 20 % dari jumlah kasus yang sebenarnya.
Kabupaten Madina juga merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang endemis malaria. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Madina tahun 2009, jumlah penduduk lebih kurang 429.888 jiwa tersebar di 23 kecamatan, 362 desa, 33 kelurahan.
Daerah- daerah endemis malaria di Madina seperti Kecamatan Siabu, Panyabungan Barat, Panyabungan Selatan dan wilayah Pantai Barat.
Karenanya terus dilakukan penanggulangan penyakit mematikan tersebut sesuai komitmen pemerintah daerah (Pemda) dan ditangani secara khusus oleh Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Madina. Kantor ini didirikan sejak tahun 2007.
Di Madina, penanggulangan malaria terarah, terpadu, ditangani secara profesional, sasarannya akurat dapat dipertanggungjawabkan sehingga program Indonesia Bebas Malaria ( Program Eliminasi malaria di Indonesia) sesuai keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 293/Menkes/SK/IV/2009 tertanggal 28 April 2009 dapat di laksanakan di seluruh Indonesia khususnya di Kabupaten Madina.
“Penyakit ini menurunkan tingkat produktifitas sumber daya manusia (SDM). Penyakit ini tidak pilih kasih, menyerang ibu hamil, menyusui, bayi, balita maupun pada usia pendidikan dan angkatan kerja,†jelasnya.
Karenanya diharapkan peran serta masyarakat turut memberantas penyakit, misalnya menjaga kebersihan lingkungan sehingga Bumi Gordang Sambilan bebas dari endemis malaria. (Azwar Nasti)