JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Kasus penjualan saham perdana (IPO) Krakatau Steel menyeret dunia pers. Apa yang terjadi?
Tiba- tiba kalangan pers seperti kebakaran jenggot. Pasalnya pimpinan media tertentu dituding meminta jatah saham. Ini harus dibongkar.
Siapa yang meminta dan kepada siapa diminta, harus jelas agar permasalahannya terang benderang. Jangan sampai ada cara- cara picik untuk membunuh krakter insan pers di era kebebasan ini. Tapi kalau memang ada petinggi pers yang meminta tunjuk saja hidungnya supaya jera.
Tak tanggung- tanggung, redaksi Koran terbesar di tanah air, Harian Kompas meminta Dewan Pers mempercepat pelaksanaan konfrontasi dengan berbagai pihak untuk memperjelas persoalan dugaan pemerasan oleh wartawan terkait saham Krakatau Steel.
Redaktur Pelaksana Harian Kompas Budiman Tanuredjo dalam penjelasannya kepada Kompas.com, Sabtu (20/11/2010) sore menegaskan, permintaan Kompas agar Dewan Pers mempercepat pelaksanaan konfrontasi dengan berbagai pihak ini sangat penting agar masalah dugaan wartawan minta jatah saham perdana PT Krakatau Steel dapat dibuka secara jelas.
“Sekarang kan enggak jelas, apakah saham itu ditawarkan oleh Krakatau Steel atau memang wartawan yang minta jatah saham. Kami ingin mendapatkan informasi yang jelas soal adanya tuduhan pemerasan oleh wartawan, juga adanya dugaan suap,” kata Budiman yang mengaku sudah mengirim surat resmi ke Dewan Pers soal permintaan konfrontasi ini.
Budiman menyayangkan sikap Dewan Pers yang memublikasikan informasi yang belum pasti kebenarannya.
Seperti dikabarkan, Â Jumat kemarin, empat petinggi media massa, masing-masing Kompas, Detik.com, harian Seputar Indonesia, dan stasiun televisi Metro TV bertemu dengan Dewan Pers. (olo/kcm).