JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Stop impor bubur bayi dan susu dari Malaysia. Kebutuhan nasional bakal terealisasi menyusul pembangunan pabrik PT Nestle Indonesia senilai Rp1,7 triliun di Karawang.
Menteri Perindustrian MS Hidayat menyampaikan, pabrik baru Nestle itu merupakan diversifikasi produk olahan susu yang memproduksi produk Cerelac, Milo, dan Dancow.
“Selain merupakan langkah nyata bagi pemenuhan gizi, ini juga akan memberikan mamfaat bagi penambahan devisa negara, mengingat produk tersebut selama ini diimpor dari Malaysia,” jelasnya di lokasi pembangunan pabrik baru Nestle, Karawang, Jawa Barat, Senin (12/9/2011).
Hidayat menambahkan dengan diproduksinya Cerelac, Nestle diharapkan dapat beker jasama dengan para pelaku industri tepung dan serealia di dalam negeri. Hal ini karena ini menggunakan bahan baku beras, beras merah, dan kacang hijau.
“Selain membangun kemitraan dengan peternak sapi perah yang tergabung di KUD beberapa daerah di Jawa Barat, kami mengharapkan dapat dihasilkan juga produk olahan susu dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat,” harapnya.
Terkait kebutuhan bahan baku, Preside Direktur PT Nestle Indonesia Arshad Chaudhry, mengatakan pihaknya akan menggunakan bahan baku dari dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pabrik baru ini.
“Secara total kita mengkonsumsi 10.000 bubuk kakao per tahun, namun kebanyakan untuk pabrik ini. Ini kami perhitungkan untuk pabrik baru ini, karena di pabrik yang lain tidak banyak. Ini untuk membuat Milo. Kita juga bekerja sama dengan peternak sapi (untuk kebutuhan susu), dan juga kerjasama kakao dan pengembangan kopi,” jelasnya.
Dengan dibangun pabrik baru, pihaknya belum ada rencana mengekspor produk susu Nestle ke luar negeri atau ke negara kawasan ASEAN.
Pihaknya masih menargetkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu.
“Indonesia permintaannya tinggi, jadi kita ingin taruh banyak industri untuk memnuhi demand lokal. Kita tetap ekspor, tapi strateginya untuk penuhi kebutuhan dalam negeri,” ungkap Arshad sembari menjelaskan pabrik yang senilai US$ 200 juta tersebut direncanakan mulai memproduksi susu olahan pada triwulan pertama 2013 dengan total kapasitas 65.000 ton per tahun. (iskandar)