Jakarta (Citra Indonesia): Demi keselamatan konsumen, impor ikan dan produk ikan asal negara Sakura Jepang, akhirnya distop sampai waktu yang tidak ditentukan. Memang sulit mendeteksi radiasi nuklirnya.
“Pemerintah menghentikan impor karena takut tertular radiasi radiasi nuklir,” Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (23/3/2011).
Menurut Fadel, ikan hasil tangkapan dari perairan Pasifik, juga akan diteliti kadarnya. Makanya pihaknya bekerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Fadel juga mengklaim bahwa perairan Indonesia tidak terkena dampak radiasi nuklir dari pembangkitanya di Fukushima.
“Kecil kemungkinan ke perairan Indonesia. Ikan tuna bermigrasi ke perairan Indonesia juga diperkuat oleh adanya aliran arus global di perairan pasifik,” ujarnya memberikan alasan.
Sebelumnya Menteri Perdagangan mari Ekla Pangestu mengatakan jika dilihat dari kontribusi kota-kota yang terkena dampak bencana di Jepang, pengaruhnya sangat kecil.
Misalnya di Provinsi Kobe. Konstribusinya kepada PDB (Produk Domestik Bruto) hanya 6%, dan Sendai yang juga 6%. “Tapi dia akan ada pengaruhnya. Yang agak sulit diprediksi adalah pengaruh radiasi, ini kita belum tahu,” katanya.
Karenanya, dia akan memanggil atase perdagangan di Jepang untuk memantau dampak bencana Jepang. Sementara dari sisi impor produk Jepang, Mari menegaskan, Indonesia akan meningkatkan pengawasan terutama pada bahan makanan menyusul adanya radiasi nuklir. Peningkatan pengawasan dilakukan khususnya pada produk yang dikirim setelah Maret.
“Untuk setiap produk makanan yang masuk ke Indonesia, termasuk yang segar, kita yang khawatir itu yang segar. Itu adalah certificate of analysis, analisa bahan kimia yang ada di situ kita akan lihat membahayakan konsumen atau tidak,” ujarnya. (adamson)